Ketuban Pecah Dini

Definisi

Air ketuban adalah ruangan yang dilapisi oleh selaput janin (amnion dan korion) berisi air ketuban (liquor amnii). Ada bermacam-macam batasan, teori dan definisi mengenai KPD. ( Wiknjosastro, 2005 )

Ciri-ciri

Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan kira-kira 1000-1500 cc. Air ketuban barwarna putih keruh, berbau amis, dan barasa manis. Komposisinya terdiri atas 98% air, sisanya albumin, urea, asam urik, kreatin, sel-sel epitel, rambut lanugo, verniks kaseosa, dan garam anorganik. Kadar protein kira-kira 2,6% g per liter, terutama albumin.

( Wiknjosastro, 2005)

Fungsi air ketuban

1. Melindungi janin terhadap trauma dari luar

2. Memungkinkan janin bergerak dengan bebas

3. Melindungi suhu tubuh janin

4. Meratakan tekanan didalam uterus pada partus, sehingga serviks membuka

5. Membersihkan jalan lahir→ jika ketuban pecah→dengan cairan yang steril, dan mempengaruhi keadaan di dalam vagina, sehingga bayi kurang mengalami infeksi.

(Wiknjosastro, 2005)

Asal air ketuban

1. Kencing janin (fetal urine),

2. Transudasi dari darah ibu,

3. Sekresi dari epitel amnion,

4. Asal campuran.

Cara mengenali air ketuban

1. Dengan lakmus

2. Makroskopis:

a. Bau amis, adanya lanugo, rambut, dan verniks kaseosa

b. Bercampur mekoneum

3. Mikroskopis:

a. Lanugo dan rambut

4. Laboratorium


Ketuban pecah dini

Ketuban pecah dini adalah robeknya selaput korioamnion dalam kehamilan (sebelum onset persalinan berlangsung). (Pedoman diagnosa dan terapi obstetri dan ginekologi RSHS, 2005).

Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban pada pembukaan servik < 5 Cm dalam Kehamilan/ persalinan. (Ketuban pecah dini, puskesmasaspalaran. Diakses tanggal 10-07-2006)

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum in-partu yaitu bila pembukaan primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. (Mochtar, 1998)

Normalnya selaput ketuban pecah akhir Kala I Persalinan (pembukaan lengkap) atau awal Kala II Persalinan (setelah pembukaan lengkap sebelum bayi Lahir). Ketuban pecah dini di sebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intra uterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina atau servik.

KPD di bedakan menjadi dua, yaitu :

a. PPROM ( Preterm Premature rupture of Membran ) yaitu ketuban pecah sebelum usia kehamilan kurang dari 37 minggu.

b. PROM ( Premature Rupture of Membran ) yaitu Ketuban pecah saat usia kehamilan sudah lebih dari 37 minggu. (Pedoman diagnosa dan terapi obstetri dan ginekologi RSHS, 2005).

Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi khorioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal, dan menyebabkan infeksi ibu. Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. (Prawirohardjo, 2006)

Namun, dalam praktik dan dalam penelitian, pecah ketuban dini didefinisikan sesuai dengan jumlah jam dari waktu pecah ketuban sampai awitan persalinan. Interval ini disebut periode laten dan dapat terjadi kapan saja dari 1 sampai 12 jam atau lebih. Ketuban pecah dini sebelum usia cukup bulan dalam bahasa inggris disebut PPROM (preterm premature rupture of membranes). Ketuban pecah lebih dari 24 jam sebelum pelahiran disebut pecah ketuban memanjang. (Varney, 2004)

Penyebab

Insiden ketuban pecah dini lebih tinggi pada wanita dengan kelainan anatomik yang nyata disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri internum atau merupakan suatu kelainan kongenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi (serviks inkompeten), Polihidramnion, Malpresentasi janin, Kehamilan kembar, Infeksi vagina/serviks. Hubungan yang signifikan juga telah ditemukan antara keletihan karena bekerja dan peningkatan risiko ketuban pecah dini sebelum cukup bulan di antara wanita nulipara. ( Varney, 2007 )

Komplikasi

Kemungkinan komplikasi akibat ketuban pecah dini antara lain:

1. Persalinan dan Kelahiran Prematur

2. Infeksi intrauteri

3. Kompresi tali pusat akibat prolaps tali pusat

4. Oligohidramnion

5. Koriomnionitis (Varney, 2007 )

Penilaian klinik

1. Tentukan pecahnya selaput ketuban. Ditentukan dengan adanya cairan ketuban divagina, jika tidak ada dapat dicoba dengan gerakan sedikit bagian terbawah janin atau meminta pasien batuk atau mengedan. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (Nitrazin test) merah menjadi biru, membantu dalam menentukan jumlah cairan ketuban di usia kehamilan, kelainan janin.

2. Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG.

3. Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi: bila suhu ibu ≥380 C, air ketuban yang keruh dan berbau. Pemeriksaan air ketuban dengan test LEA (Lekosit Esterase).

Lekoset darah > 15.000/mm3. Janin yang mengalami takikardi, mungkin mengalami infeksi intra uterin.

4. Tentukan tanda-tanda inpartu. Tentukan adanya kontraksi yang teratur, periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan) antara lain untuk menilai skor pelvik (Prawirohardjo,2006)

Diagnosis

Tabel 1

Gejala dan tanda selalu ada

Gejala dan tanda kadang-kadang ada

Diagnosis Kemungkinan

1. Keluar cairan ketuban

a. ketuban pecah tiba-tiba

b. Cairan tampak di introitus

c. Tidak ada his dalam 1 jam

Ketuban Pecah Dini

1. Cairan vagina berbau

2. Demam/ menggigil

3. Nyeri perut

a. Riwayat keluarnya cairan

b. Uterus nyeri

c. Denyut jantung janin cepat

d. Perdarahan pervaginam sedikit

Amnionitis

1. Cairan vagina berbau

2. Tidak ada riwayat ketuban pecah dini

a. Gatal

b. Keputihan

c. Nyeri perut

d. Disuria

Vaginitis/ servisitis

1. Cairan vagina berdarah

a. Nyeri perut

b. Gerak janin berkurang

c. Perdarahan banyak

Perdarahan antepartum

1. Cairan berupa darah lendir

a. Pembukaan dan pendataran serviks

b. Ada his

Awal persalinan aterm atau preterm

(Saefuddin, 2002)

Penanganan

A. Penanganan Umum

1. Konfirmasi usia kehamilan, kalau ada dengan USG

2. Lakukan pemeriksaan inspekulo (dengan spekulum DTT) untuk menilai cairan yang keluar (jumlah, warna, bau) dan membedakannya dengan urine.

3. Jika ibu mengeluh perdarahan pada akhir kehamilan (setelah 22 minggu), jangan lakukan pemeriksaan dalam secara digital.

4. Tentukan ada tidaknya infeksi

5. Tentukan tanda-tanda inpartu.

B. Penanganan Khusus

Konfirmasi diagnosis

1. Bau cairan ketuban yang khas

2. Jika keluarnya cairan ketuban sedikit-sedikit, tampung cairan yang keluar dan nilai 1 jam kemudian.

3. Dengan spekulum DTT, lakukan pemeriksaan inspekulo. Nilai apakah cairan keluar melalui ostium uteri atau terkumpul di forniks posterior.

“Jangan melakukan pemeriksaan dalam dengan jari, karena tidak membantu mendiagnosis dan dapat mengundang infeksi”.

4. Jika mungkin, lakukan:

a. Tes lakmus (tes nitrazin). Jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukan adanya cairan ketuban (alkalis). Darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes tes yang positif palsu.

b. Tes pakis, dengan meneteskan cairan ketuban pada gelas objek dan dibiarka kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukan kristal cairan amnion dan gambaran. (Saefuddin, 2002)

Penanganan

1. Rawat di Rumah Sakit

2. Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusio plasenta

3. Jiak ada tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau), berikan antibiotik sama halnya jika terjadi amnionitis

4. Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu:

1. Beriakan antibiotik untuk mengurangi mordibitas ibu dan janin: ampisilin 4 x 500 mg selama 7 hari DITAMBAH eritromisin 250 mg per oral 3 kali per hari selama 7 hari.

2. Berikan kortikosteroid kepada ibu untuk memperbaiki kematangan paru janin:

a. Betametason 12 mg I.M. dalam 2 dosis setiap 12 jam,

b. ATAU deksametason 6 mg I.M. dalam 4 dosis setiap 6 jam.

Catatan: jangan berikan kortikosteroid jika ada infeksi.

c. Lakukan persalinan pada kehamilan 37 minggu.

d. Jika terdapat his dan darah lendir, kemungkinan terjadi persalinan preterm.

5. Jika tidak terdapat infeksi dan kehamilan > 37 minggu:

1. Jika ketuban telah pecah > 18 jam, berikan antibiotik profilaksis untuk mengurangi risiko infeksi streptokokus grup B:

a. Ampisilin 2 g I.V. setiap 6 jam

b. ATAU penisilin G 2 juta unit I.V. setiap 6 jam sampai persalinan,

c. Jika tidak ada infeksi pascapersalinan: hentikan antibiotik

1. Nilai serviks

a. Jika serviks sudah matang, lakukan induksi persalinan dengan oksitosin

b. Jika serviks belum matang, matangkan serviks dengan prostaglandin dan infus oksitosin atau lahirkan dengan seksio sesarea.(Saefuddin, 2002)

Penatalaksanaan persalianan dengan ketuban pecah dini

Penatalaksanaan perawatan persalinan yang digunakan sama seperti persalinan yang lain, dengan tambahan sebagai berikut:

a. Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan suhu sering kali didahului kondisi ibu yang menggigil.

b. Lakukan pemantauan DJJ. Pemeriksaan DJJ setiap jam sebelum awitan persalinan adalah tindakan yang adekuat sepanjang DJJ dalam batas normal. Pemantauan DJJ ketat dengan alat pemantau janin elektronik secara kontinu dilakukan selama induksi oksitosin untuk melihat tanda gawat janin akibat kompresi tali pusat atau induksi. Takikardi dapat mengindikasikan infeksi intrauteri.

c. Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu.

d. Ketika melakukan pemeriksaan dalam yang benar-benar diperlukan, perhatikan juga hal-hal berikut:

1. Apakah dinding vagina teraba lebih hangat dari biasa

2. Bau rabas atau cairan disarung tangan

3. Warna rabas atau cairan disarung tangan

e. Beri perhatian lebih saksama terhadap hidrasi agar dapat diperoleh gambaran jelas dari setiap infeksi yang timbul. Sering kali terjadi peningkatan suhu tubuh akibat dehidrasi (Varney, 2007)

Penatalaksanaan ketuban pecah dini

Tabel II

KETUBAN PECAH

< 37 MINGGU

≥ 37 MINGGU

Infeksi

Tidak ada infeksi

Infeksi

Tidak ada infeksi

Berikan penisilin, gentamisin dan metronidazol

Lahirkan bayi

Amoksisilin + eritromisin untuk 7 hari

Steroid untuk pematangan paru

Berikan penisilin, gentamisin dan metronidazol.

Lahirkan bayi

Lahirkan bayi

Berikan penisilim atau ampisilin

ANTIBIOTIKA SETELAH PERSALINAN

Profilaksis

Infeksi

Tidak ada infeksi

Stop antibiotik

Lanjutkan untuk 24 – 48 jam setelah bebas panas

Tidak perlu antibiotik

( Prawirohardjo, 2006)

Related : Ketuban Pecah Dini

0 Komentar untuk "Ketuban Pecah Dini"