Infertilitas dan Proses Bayi Tabung

BAB I
PENDAHULUAN
Setiap pasangan umumnya mendambakan kehadiran seorang buah hati sebagai tanda cinta dan pengikat keduanya. Namun jika si kecil tak kunjung hadir, maka setiap pasangan sebaiknya bijaksana untuk bersama-sama berkonsultasi dengan konsultan fertilitas, melakukan pemeriksaan fisik maupun laboratorium. Seiring dengan bertambahnya pengetahuan mengenai fungsi reproduksi pria maka pentingnya faktor dari pria (suami) pada kasus infertilitas (ketidaksuburan) sejak beberapa tahun terakhir meningkat.
Dahulu perhatian terfokus hanya pada pihak wanita saja sebagai penyebab ketidaksuburan pasangan. Saat ini diketahui kelainan pada pria memberikan kontribusi 30% dan 20% disebabkan kelainan kedua belah pihak pasangan.Oleh karena itu, faktor pria atau suami memegang kontribusi 50% pada pasangan infertil atau dengan kata lain baik suami maupun istri mempunyai kontribusi yang sama.
Pengertian infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil/menghamili setelah 1 tahun menikah tanpa penggunaan alat kontrasepsi. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fungsi reproduksi pria adalah gonadotoksin. Gonadotoksin berkaitan dengan lingkungan seperti paparan panas, merokok, radiasi, logam berat, larutan organik dan pestisida. Peningkatan suhu yang sedang pada kantung skrotum dapat menimbulkan efek samping terhadap pembentukan sperma sehingga densitas dan motilitas sperma menurun. Pemakaian celana yang terlampau ketat, berendam air panas, spa dan pekerjaan yang terlalu lama duduk dapat menurunkan kesuburan. Merokok atau pemakaian marijuana, konsumsi alkohol dan kokain dapat menurunkan kualitas semen dan konsentrasi testosteron. Beberapa obat-obatan juga mempunyai efek gonadotoksin seperti; cimetidine, spironolactone, nitrofurans, sulfasalazine, erythromycin, tetracyclines dan agen kemoterapi.

BAB II
PEMBAHASAN
DEFENISI
Infertilitas adalah ketidakmampuan sepasang suami istri untuk memiliki keturunan dimana wanita belum mengalami kehamilan setelah bersenggama secara teratur 2-3 x / mgg, tanpa mamakai matoda pencegahan selama 1 tahun
Menurut dokter ahli reproduksi, sepasang suami-istri dikatakan infertil jika:
1. Tidak hamil setelah 12 bulan melakukan hubungan intim secara rutin (1-3 kali seminggu) dan bebas kontrasepsi bila perempuan berumur kurang dari 34 tahun.
2. Tidak hamil setelah 6 bulan melakukan hubungan intim secara rutin (1-3 kali seminggu) dan bebas kontrasepsi bila perempuan berumur lebih dari 35 tahun.
3. Perempuan yang bisa hamil namun tidak sampai melahirkan sesuai masanya (37-42 minggu).

Ada 2 jenis infertilitas :
• Infertilitas primer yaitu bila pasangan tersebut belum pernah mengalami kehamilan sama sekali.
• Infertilitas sekunder yaitu bila pasangan tersebut sudah pernah melahirkan namun setelah itu tidak pernah hamil lagi.


ETIOLOGI
Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja. Hasil penelitian membuktikan bahwa suami menyumbang 25-40% dari angka kejadian infertil, istri 40-55%, keduanya 10%, dan idiopatik 10%. Hal ini dapat menghapus anggapan bahwa infertilitas terjadi murni karena kesalahan dari pihak wanita/istri.

Berbagai gangguan yang memicu terjadinya infertilitas antara lain :
 Pada wanita
A. Gangguan organ reproduksi
1. Infeksi vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina yang akan membunuh sperma dan pengkerutan vagina yang akan menghambat transportasi sperma ke vagina
2. Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang mengganggu pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus sedikit di serviks, perjalanan sperma ke dalam rahim terganggu. Selain itu, bekas operasi pada serviks yang menyisakan jaringan parut juga dapat menutup serviks sehingga sperma tidak dapat masuk ke rahim
3. Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang.
4. Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba falopii dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu.

B. Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormonal seperti adanya hambatan pada sekresi hormon FSH dan LH yang memiliki pengaruh besar terhadap ovulasi. Hambatan ini dapatterjadi karena adanya tumor kranial, stress, dan penggunaan obat-obatan yang menyebabkan terjadinya disfungsi hipothalamus dan hipofise. Bila terjadi gangguan sekresi kedua hormon ini, maka folicle mengalami hambatan untuk matang dan berakhir pada gengguan ovulasi.

C. Kegagalan implantasi
Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami kegagalan dalam mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi pembuahan, proses nidasi pada endometrium tidak berlangsung baik. Akiatnya fetus tidak dapat berkembang dan terjadilah abortus.

D. Endometriosis
E. Abrasi genetis
F. Faktor immunologis
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil

G. Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimia, dan pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk organ reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan.

 Pada pria
Ada beberapa kelainan umum yang dapat menyebabkan infertilitas pada pria yaitu:
a) Abnormalitas sperma; morfologi, motilitas
b) Abnormalitas ejakulasi; ejakulasi rerograde, hipospadia
c) Abnormalitas ereksi
d) Abnormalitas cairan semen; perubahan pH dan perubahan komposisi kimiawi
e) Infeksi pada saluran genital yang meninggalkan jaringan parut sehingga terjadi penyempitan pada obstruksi pada saluran genital
f) Lingkungan; Radiasi, obat-obatan anti cancer
g) Abrasi genetik




MANIFESTASI KLINIS

1) WANITA
a. Terjadi kelainan system endokrin
b. Hipomenore dan amenore
c. Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat menunjukkan masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau aberasi genetik
d. Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang tidak berkembang,dan gonatnya abnormal
e. Wanita infertil dapat memiliki uterus
f. Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat infeksi, adhesi, atau tumor
g. Traktus reproduksi internal yang abnormal


2) PRIA
a) Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
b) Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
c) Riwayat infeksi genitorurinaria
d) Hipertiroidisme dan hipotiroid
e) Tumor hipofisis atau prolactinoma
f) Disfungsi ereksi berat
g) Ejakulasi retrograt
h) Hypospadia/epispadia
i) Mikropenis
j) Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha
k) Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
l) Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis
m) Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
n) Abnormalitas cairan semen


PATOFISIOLOGI
 Wanita
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya:
• Gangguan stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH dan LH tidak adekuat sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di ovarium.
• Radiasi dan toksik yng mengakibatkan gangguan pada ovulasi.
• Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor dari infertilitas, diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak dapat lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari ovum dan sperma.
• Kelainan bentuk uterus yang menyebabkan hasil konsepsi tidak berkembang normal walapun sebelumnya terjadi fertilisasi.
• Abnormalitas ovarium, mempengaruhi pembentukan folikel.
• Abnormalitas servik mempegaruhi proses pemasukan sperma
• Aberasi genetik yang menyebabkan kromosom seks tidak lengkap sehingga organ genitalia tidak berkembang dengan baik.
• Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan reaksi imun sehingga terjadi gangguan interaksi sperma sehingga sperma tidak bisa bertahan, infeksi juga menyebebkan inflamasi berlanjut perlekatan yang pada akhirnya menimbulkan gangguan implantasi zigot yang berujung pada abortus.

Faktor-faktor Lain yang mempengaruhi infertilitas, antara lain:

1) Umur
Kemampuan reproduksi wanita menurun drastis setelah umur 35 tahun. Hal ini dikarenakan cadangan sel telur yang makin sedikit. Fase reproduksi wanita adalah masa sistem reproduksi wanita berjalan optimal sehingga wanita berkemampuan untuk hamil. Fase ini dimulai setelah fase pubertas sampai sebelum fase menopause.
Fase pubertas wanita adalah fase di saat wanita mulai dapat bereproduksi, yang ditandai dengan haid untuk pertama kalinya (disebut menarche) dan munculnya tanda-tanda kelamin sekunder, yaitu membesarnya payudara, tumbuhnya rambut di sekitar alat kelamin, dan timbunan lemak di pinggul. Fase pubertas wanita terjadi pada umur 11-13 tahun. Adapun fase menopause adalah fase di saat haid berhenti. Fase menopause terjadi pada umur 45-55 tahun.
Pada fase reproduksi, wanita memiliki 400 sel telur. Semenjak wanita mengalami menarche sampai menopause, wanita mengalami menstruasi secara periodik yaitu pelepasan satu sel telur. Jadi, wanita dapat mengalami menstruasi sampai sekitar 400 kali. Pada umur 35 tahun simpanan sel telur menipis dan mulai terjadi perubahan keseimbangan hormon sehingga kesempatan wanita untuk bisa hamil menurun drastis. Kualitas sel telur yang dihasilkan pun menurun sehingga tingkat keguguran meningkat. Sampai pada akhirnya kira-kira umur 45 tahun sel telur habis sehingga wanita tidak menstruasi lagi alias tidak dapat hamil lagi. Pemeriksaan cadangan sel telur dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah atau USG saat menstruasi hari ke-2 atau ke-3.

2) Lama Infertilitas
Berdasarkan laporan klinik, lebih dari 50% pasangan dengan masalah infertilitas datang terlambat. Terlambat dalam artian umur makin tua, penyakit pada organ reproduksi yang makin parah, dan makin terbatasnya jenis pengobatan yang sesuai dengan pasangan tersebut.

3) Emosi
Stres memicu pengeluaran hormon kortisol yang mempengaruhi pengaturan hormon reproduksi.

4) Lingkungan
Paparan terhadap racun seperti lem, bahan pelarut organik yang mudah menguap, silikon, pestisida, obat-obatan (misalnya: obat pelangsing), dan obat rekreasional (rokok, kafein, dan alkohol) dapat mempengaruhi sistem reproduksi. Kafein terkandung dalam kopi dan teh.


5) Hubungan Seksual
Penyebab infertilitas ditinjau dari segi hubungan seksual meliputi: frekuensi, posisi, dan melakukannya pada masa subur.

6) Frekuensi
Hubungan intim (disebut koitus) atau onani (disebut masturbasi) yang dilakukan setiap hari akan mengurangi jumlah dan kepadatan sperma. Frekuensi yang dianjurkan adalah 2-3 kali seminggu sehingga memberi waktu testis memproduksi sperma dalam jumlah cukup dan matang.

7) Posisi
Infertilitas dipengaruhi oleh hubungan seksual yang berkualitas, yaitu dilakukan dengan frekuensi 2-3 kali seminggu, terjadi penetrasi dan tanpa kontrasepsi. Penetrasi adalah masuknya penis ke vagina sehingga sperma dapat dikeluarkan, yang nantinya akan bertemu sel telur yang “menunggu” di saluran telur wanita. Penetrasi terjadi bila penis tegang (ereksi). Oleh karena itu gangguan ereksi (disebut impotensi) dapat menyebabkan infertilitas. Penetrasi yang optimal dilakukan dengan cara posisi pria di atas, wanita di bawah. Sebagai tambahan, di bawah pantat wanita diberi bantal agar sperma dapat tertampung. Dianjurkan, setelah wanita menerima sperma, wanita berbaring selama 10 menit sampai 1 jam bertujuan memberi waktu pada sperma bergerak menuju saluran telur untuk bertemu sel telur.

8) Masa Subur
Marak di tengah masyarakat bahwa supaya bisa hamil, saat berhubungan seksual wanita harus orgasme. Pernyataan itu keliru, karena kehamilan terjadi bila sel telur dan sperma bertemu. Hal yang juga perlu diingat adalah bahwa sel telur tidak dilepaskan karena orgasme. Satu sel telur dilepaskan oleh indung telur dalam setiap menstruasi, yaitu 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Peristiwa itu disebut ovulasi. Sel telur kemudian menunggu sperma di saluran telur (tuba falopi) selama kurang-lebih 48 jam. Masa tersebut disebut masa subur.

9) Kondisi Sosial dan Ekonomi
Kondisi Sosial dan ekonomi yang semakin buruk akan memperbesar kemungkinan terjadinya infertilitas.


Penyakit Penyebab Infertilitas pada Wanita
a) Endometriosis
Endometriosis adalah jaringan endometrium yang semestinya berada di lapisan paling dalam rahim (lapisan endometrium) terletak dan tumbuh di tempat lain. Endometriosisbisa terletak di lapisan tengah dinding rahim (lapisan myometrium) yang disebut jugaadenomyosis, atau bisa juga terletak di indung telur, saluran telur, atau bahkan dalam rongga perut. Gejala umum penyakit endometriosis adalah nyeri yang sangat pada daerah panggul terutama pada saat haid dan berhubungan intim, serta -tentu saja-i nfertilitas.
b) Infeksi Panggul
Infeksi panggul adalah suatu kumpulan penyakit pada saluran reproduksi wanita bagian atas, meliputi radang pada rahim, saluran telur, indung telur, atau dinding dalam panggul. Gejala umum infeksi panggul adalah: nyeri pada daerah pusar ke bawah (pada sisi kanan dan kiri), nyeri pada awal haid, mual, nyeri saat berkemih, demam, dan keputihan dengan cairan yang kental atau berbau. Infeksi panggul memburuk akibat haid, hubungan seksual, aktivitas fisik yang berat, pemeriksaan panggul, dan pemasangan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim, misalnya: spiral).
c) Mioma Uteri
Mioma uteri adalah tumor (tumor jinak) atau pembesaran jaringan otot yang ada di rahim. Tergantung dari lokasinya, mioma dapat terletak di lapisan luar, lapisan tengah, atau lapisan dalam rahim. Biasanya mioma uteri yang sering menimbulkan infertilitas adalah mioma uteri yang terletak di lapisan dalam (lapisan endometrium). Mioma uteribiasanya tidak bergejala. Mioma aktif saat wanita dalam usia reproduksi sehingga -saat menopause- mioma uteri akan mengecil atau sembuh.

d) Polip
Polip adalah suatu jaringan yang membesar dan menjulur yang biasanya diakibatkan olehmioma uteri yang membesar dan teremas-remas oleh kontraksi rahim. Polip dapat menjulur keluar ke vagina. Polip menyebabkan pertemuan sperma-sel telur dan lingkunganuterus terganggu, sehingga bakal janin akan susah tumbuh.
e) Kista
Kista adalah suatu kantong tertutup yang dilapisi oleh selaput (membran) yang tumbuh tidak normal di rongga maupun struktur tubuh manusia.
Terdapat berbagai macam jenis kista, dan pengaruhnya yang berbeda terhadap kesuburan. Hal penting lainnya adalah mengenai ukuran kista. Tidak semua kista harus dioperasi mengingat ukuran juga menjadi standar untuk tindakan operasi. Jenis kista yang paling sering menyebabkan infertilitas adalah sindrom ovarium polikistik. Penyakit tersebut ditandai amenore (tidak haid), hirsutism (pertumbuhan rambut yang berlebihan, dapat terdistribusi normal maupun tidak normal), obesitas, infertilitas, dan pembesaran indung telur. Penyakit ini disebabkan tidak seimbangnya hormon yang mempengaruhi reproduksi wanita.
f) Saluran Telur yang Tersumbat
Saluran telur yang tersumbat menyebabkan sperma tidak bisa bertemu dengan sel telur sehingga pembuahan tidak terjadi alias tidak terjadi kehamilan. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui saluran telur yang tersumbat adalah dengan HSG (Hystero Salpingo Graphy), yaitu semacam pemeriksaan röntgen (sinar X) untuk melihat rahim dan saluran telur.
g) Sel Telur
Kelainan pada sel telur dapat mengakibatkan infertilitas yang umumnya merupakan manifestasi dari gangguan proses pelepasan sel telur (ovulasi). Delapan puluh persen penyebab gangguan ovulasi adalah sindrom ovarium polikistik. Gangguan ovulasi biasanya direfleksikan dengan gangguan haid. Haid yang normal memiliki siklus antara 26-35 hari, dengan jumlah darah haid 80 cc dan lama haid antara 3-7 hari. Bila haid pada seorang wanita terjadi di luar itu semua, maka sebaiknya beliau memeriksakan diri ke dokter.
 Pria
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus dan hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi infertilitas dinataranya merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif yang berdampak pada abnormalitas sperma dan penurunan libido. Konsumsi alkohol mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma. Suhu disekitar areal testis juga mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi retrograt misalnya akibat pembedahan sehingga menyebebkan sperma masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan komposisi sperma terganggu.

Penyebab Umum Ketidaksuburan Pria
1. Gangguan di daerah sebelum testis (pretesticular)
Gangguan biasanya terjadi pada bagian otak, yaitu hipofisis yang bertugas mengeluarkan hormon FSH dan LH. Kedua hormon tersebut mempengaruhi testis dalam menghasilkan hormon testosteron, akibatnya produksi sperma dapat terganggu. Terapi yang bisa dilakukan adalah dengan terapi hormon.
2. Gangguan di daerah testis (testicular)
Kerja testis dapat terganggu bila terkena trauma pukulan, gangguan fisik, atau infeksi. Bisa juga terjadi, selama pubertas testis tidak berkembang dengan baik, sehingga produksi sperma menjadi terganggu. Dalam proses produksi, testis sebagai “pabrik” sperma membutuhkan suhu yang lebih dingin daripada suhu tubuh, yaitu 34–35 °C, sedangkan suhu tubuh normal 36,5–37,5 °C. Bila suhu tubuh terus-menerus naik 2–3 °C saja, proses pembentukan sperma dapat terganggu. Oleh karena itu, hindari memakai celana dalam atau celana panjang yang ketat. Usahakan tidak mengenakan celana dalam waktu tidur untuk menjaga suhu di bagian tubuh tersebut tetap sejuk. Janganlah merokok, karena penelitian menunjukkan bahwa perokok memiliki jumlah sperma lebih sedikit dibandingkan pria yang tidak merokok. Jangan mengonsumsi alkohol karena dapat mempengaruhi fungsi liver, yang pada gilirannya dapat menyebabkan peningkatanestrogen.
Jumlah estrogen yang tinggi dalam tubuh akan mempengaruhi produksi sperma. Usaha lain untuk meningkatkan kualitas dan jumlah sperma adalah mengkonsumsi suplemen alami. Asam amino L-carnitine (ditemukan dalam daging merah dan susu) danL-arginine (terdapat dalam kacang-kacangan, telur, daging, dan wijen) berkhasiat meningkatkan mutu sperma.
3. Gangguan di daerah setelah testis (posttesticular)
Gangguan terjadi di saluran sperma sehingga sperma tidak dapat disalurkan dengan lancar, biasanya karena salurannya buntu. Penyebabnya bisa jadi bawaan sejak lahir, terkena infeksi penyakit -seperti tuberkulosis (Tb)-, serta vasektomi yang memang disengaja.
4. Gangguan lain
Gangguan lain yang cukup sering kejadiannya adalah pelebaran pembuluh darah atau varises. Varises pada pembuluh darah yang menyuplai testeis disebut varicocele. Akibatnya, darah kotor yang seharusnya dibawa ke atas untuk dibersihkan, turun lagi dan mengendap di testis. Darah kotor yang mengendap mengandung zat-zat yang melemahkan sperma, seperti adrenalin dan sebagainya.

Penyebab Lain
1) Kelainan Kekebalan Tubuh
Kekebalan tubuh berguna melawan benda asing atau kuman penyebab infeksi yang masuk ke dalam tubuh. Janin juga dilindungi dengan kekebalan ini agar berkembang baik. Kekebalan tubuh diperankan oleh antibodi. Antibodi bisa menyerang kuman (benda asing) karena ada antigen pada kuman tersebut. Jadi, antigen berperan sebagai “tanda pengenal” agar kuman dapat dikenali antibodi, baru kemudian antibodi dapat menghancurkannya. Akan tetapi, pada beberapa wanita terdapat kelainan adanya antibodi antisperma, akibatnya antibodi tersebut menghancurkan sperma yang masuk sehingga pembuahan gagal terjadi. Pada beberapa pria, juga terdapat kelainan berupa antibodi yang dimilikinya menyerang sperma karena sperma dianggap sebagai benda asing sehingga sperma menjadi berkualitas jelek alias tidak mampu membuahi sel telur.
Pada dasarnya, wanita tidak memiliki unsur antigen, seperti halnya pada sperma atau komponen plasma semen. Namun, pada saat wanita mulai berhubungan seksual dengan pria, dalam tubuhnya akan terbentuk antibodi antisperma terhadap antigen sperma. Pada tingkat tertentu antibodi masih dapat ditembus oleh sperma yang bagus kualitasnya dan dapat mengakibatkan kehamilan.
2) Infertilitas Sebagai Komplikasi Penyakit Lain
Penyakit-penyakit yang berkomplikasi infertilitas, antara lain: penyakit genetik, kencing manis (diabetes mellitus), penyakit kelenjar gondok, kelainan hormon, dan obesitas (kegemukan).

Penyebab terjadinya infertilitas pria menurut WHO yaitu:
 Varikokel (varises pada buah zakar)
 Infeksi pada sistem reproduksi (ada riwayat penyakit kelamin menular)
 Disfungsi seksual
 Kelainan kongenital
 Gangguan hormonal
 Faktor imunologis
 Berkaitan dengan pekerjaan (terpapar bahan toksin, suasana panas pada buah zakar)
 Penyakit sistemik (diabetes melitus, infeksi saluran pernapasan kronis)
 Faktor yang didapat (orkitis: mump virus pada buah zakar setelah pubertas)
 Idiopatik (kalainan kwalitas sperma tanpa diketahui penyebabnya).

PEMERIKSAAN INFERTILITAS
 Syarat-Syarat Pemeriksaan
Pasangan infertil merupakan satu kesatuan biologis sehingga keduanya sebaiknya dilakukan pemeriksaan. Adapun syarat-syarat sebelum dilakukan pemeriksaan adalah:
a. Istri dengan usia 20-30 tahun baru diperiksa setelah berusaha mendapatkan anak selama 12 bulan.
b. Istri dengan usia 31-35 tahun dapat langsung diperiksa ketika pertama kali datang.
c. Istri pasangan infertil dengan usia 36-40 tahun dilakukan pemeriksaan bila belum mendapat anak dari perkawinan ini.
d. Pemeriksaan infertil tidak dilakukan pada pasangan yang mengidap penyakit.
 Langkah Pemeriksaan
Pertama kali yang dilakukan dalam pemeriksaan adalah dengan mencari penyebabnya. Adapun langkah pemeriksaan infertilitas adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Umum
Anamnesa, terdiri dari pengumpulan data dari pasangan suami istri secara umum dan khusus.
 Anamnesa umum
Berapa lama menikah, umur suami istri, frekuensi hubungan seksual, tingkat kepuasan seks, penyakit yang pernah diderita, teknik hubungan seks, riwayat perkawinan yang dulu, apakah dari perkawinan dulu mempunyai anak, umur anak terkecil dari perkawinan tersebut.
 Anamnesa khusus
Istri : Usia saat menarche, apakah haid teratur, berapa lama terjadi perdarahan/ haid, apakah pada saat haid terjadi gumpalan darah dan rasa nyeri, adakah keputihan abnormal, apakah pernah terjadi kontak bleeding, riwayat alat reproduksi (riwayat operasi, kontrasepsi, abortus, infeksi genitalia).
Suami : Bagaimanakah tingkat ereksi, apakah pernah mengalami penyakit hubungan seksual, apakah pernah sakit mump (parotitis epidemika) sewaktu kecil.
 Pemeriksaan fisik umum, pemeriksaan fisik umum meliputi tanda vital (tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan).
 Pemeriksaan laboratorium dasar, pemeriksaan laboratorium dasar secara rutin meliputi darah lengkap, urin lengkap, fungsi hepar dan ginjal serta gula darah.
 Pemeriksaan penunjang, pemeriksaan penunjang disini bias pemeriksaan roentgen ataupun USG.
b. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan System Reproduksi
A. Wanita
1) Deteksi Ovulasi
a. Meliputi pengkajian BBT (basal body temperature )
Pemeriksaan ovulasi dapat diketahui dengan berbagai pemeriksaan diantaranya :
• Penatalaksanaan suhu basal; Kenaikan suhu basal setelah selesai ovulasi dipengaruhi oleh hormon progesteron.
• Pemeriksaan vaginal smear; Pengaruh progesteron menimbulkan sitologi pada sel-sel superfisial.
• Pemeriksaan lendir serviks; Hormon progesteron menyebabkan perubahan lendir serviks menjadi kental.
• Pemeriksaan endometrium.
• Pemeriksaan endometrium; Hormon estrogen, ICSH dan pregnandiol.
Gangguan ovulasi disebabkan :
• Faktor susunan saraf pusat ; misal tumor, disfungsi, hypothalamus, psikogen.
• Faktor intermediate ; misal gizi, penyakit kronis, penyakit metabolis.
• Faktor ovarial ; misal tumor, disfungsi, turner syndrome.
Terapi : Sesuai dengan etiologi, bila terdapat disfungsi kelenjar hipofise ddengan memberikan pil oral yang mengandung estrogen dan progesteron, substitusi terapi (pemberian FSH dan LH) serta pemberian clomiphen untuk merangsang hipofise membuat FSH dan LH. Selain clomiphen dapat diberikan bromokriptin yang diberikan pada wanita anovulatoir dengan hiperprolaktinemia. Atau dengan pemberian Human Menopausal Gonadotropin/ Human Chorionic Gonadotropin untuk wanita yang tidak mampu menghasilkan hormon gonadotropin endogen yang adekuat.
b. Uji lendir serviks metoda berdasarkan hubungan antara pertumbuhan anatomi dan fisiologi serviks dengan siklus ovarium untuk mengetahui saat terjadinya keadaan optimal getah serviks dalam menerima sperma
• Keadaan dan sifat lendir yang mempengaruhi keadaan spermatozoa adalah :
a) Kentalnya lendir serviks; Lendir serviks yang mudah dilalui spermatozoa adalah lendir yang cair.
b) pH lendir serviks; pH lendir serviks ± 9 dan bersifat alkalis.
c) Enzim proteolitik.
d) Kuman-kuman dalam lendir serviks dapat membunuh spermatozoa.
• Baik tidaknya lendir serviks dapat diperiksa dengan :
a) Sims Huhner Test (post coital tes), dilakukan sekitar ovulasi. Pemeriksaan ini menandakan bahwa : teknik coitus baik, lendir cerviks normal, estrogen ovarial cukup ataupun sperma cukup baik.
b) Kurzrork Miller Test, dilakukan bila hasil dari pemeriksaan Sims Huhner Test kurang baik dan dilakukan pada pertengahan siklus.
Terapi yang diberikan adalah pemberian hormone estrogen ataupun antibiotika bila terdapat infeksi.
• Analisa hormon
Mengkaji fungsi endokrin pada aksis ovarium – hipofisis – hipotalamus. Dengan pengambilan specimen urine dan darah pada berbagai waktu selama siklus menstruasi.
• Sitologi vagina
Pemeriksaan usap forniks vagina untuk mengetahui perubahan epitel vagina
• Uji pasca senggama
Mengetahui ada tidaknya spermatozoa yang melewati serviks (6 jam pasca coital).
• Biopsy endometrium terjadwal
Mengetahui pengaruh progesterone terhadap endometrium dan sebaiknya dilakukan pada 2-3 hr sebelum haid
Pada saat haid hari pertama atau saat terjadi stadium sekresi dilakukan mikrokuretase.
Jika pada stadium sekresi tidak ditemukan, maka : endometrium tidak bereaksi terhadap progesteron, produksi progesterone kurang.
Terapi yang diberikan adalah pemberian hormon progesteron dan antibiotika bila terjadi infeksi.
• Histerosalpinografi
Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras. Disini dapat dilihat kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba uteri, jaringan parut dan adesi akibat proses radang. Dilakukan secara terjadwal.
• Laparoskopi
Standar emas untuk mengetahui kelainan tuba dan peritoneum
Untuk mengetahui keadaan tuba dapat dilakukan :
a) Pertubasi (insuflasi = rubin test); pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan CO2 ke dalam cavum uteri
b) Hysterosalpingografi; pemeriksaan ini dapat mengetahui bentuk cavum uteri, bentuk liang tuba bila terdapat sumbatan.
c) Koldoskopi; cara ini dapat digunakan untuk melihat keadaan tuba dan ovarium.
d) Laparoskopi; cara ini dapat melihat keadaan genetalia interna dan sekitarnya.
• Pemeriksaan pelvis ultrasound
Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi kelainan, perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi kehamilan intra uterin.
B. Pria
Analisa Semen
Parameter
Warna Putih keruh
Bau Bunga akasia
PH 7,2 - 7,8
Volume 2 - 5 ml
Viskositas 1,6 – 6,6 centipose
Jumlah sperma 20 juta / ml
Sperma motil > 50%
Bentuk normal > 60%
Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik
persentase gerak sperma motil > 60%
Aglutasi Tidak ada
Sel – sel Sedikit,tidak ada
Uji fruktosa 150-650 mg/dl


Pemeriksaan endokrin
Pemeriksaan ini berguna untuk menilai kembali fungsi hipothalamus, hipofisis jika kelainan ini diduga sebagai penyebab infertilitas. Uji yang dilakukan bertujuna untuk menilai kadar hormon tesrosteron, FSH, dan LH.
USG
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat struktur kelenjar prostat, vesikula seminalis, atau seluran ejakulatori.
Biopsi testis
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel jaringan testis memakai metoda invasif untuk mengidentifikasi adanya kelainan patologi.
Uji penetrasi sperma
Uji hemizona
Pemeriksaan Sperma
Sperma berasal dari kata spermatozoa, yaitu sel kelamin jantan yang memiliki bulu cambuk. Bentuk sperma mirip kecebong. Sperma dihasilkan oleh testis. Cairan nutrisi sperma berupa cairan putih, kental, dan berbau khas yang disebut “semen”. Proses pengeluaran semen dan sperma disebut ejakulasi, sehingga cairannya disebut juga dengan cairan ejakulat.
Sperma membawa sifat dari bapak, yang nantinya akan bertemu dengan sel telur yang membawa sifat dari ibu. Oleh karena itu, kualitas sperma dan sel telur yang baik menjadi faktor penting dalam kehamilan.
Pemeriksaan sperma dinilai atas jumlah spermatozoa, bentuk dan pergerakannya. Sperma yang ditampung/ diperiksa adalah sperma yang keluar dari pasangan suami istri yang tidak melakukan coitus selama 3 hari. Pemeriksaan sperma dilakukan 1 jam setelah sperma keluar.
Pada pemeriksaan cairan ejakulat yang normal didapatkan:
 Ejakulat normal : volume 2-5 cc, jumlah spermatozoa 100-120 juta per cc, pergerakan 60 % masih bergerak selama 4 jam setelah dikeluarkan, bentuk abnormal 25 %.
 Spermatozoa pria fertil : 60 juta per cc atau lebih, subfertil : 20-60 juta per cc, steril : 20 juta per cc atau kurang.
 Sebab-sebab kemandulan pada pria adalah masalah gizi, kelainan metabolis, keracunan, disfungsi hipofise, kelainan traktus genetalis (vas deferens).
 Volume: ≥ 2 mililiter.
 Lama mencair: 60 menit.
 pH (tingkat keasaman): ≥ 7,2.
 Kadar spermatozoa: ≥ 20 juta spermatozoa per mililiter.
 Jumlah spermatozoa total: ≥ 20 juta spermatozoa per ejakulat.
 Motilitas (pergerakan):
≥ 50% motil (grade a dan b)*; atau
≥ 25% bergerak progresif (grade a)
dalam 60 menit setelah ejakulasi.
 Vitalitas: spermatozoa hidup ≥ 75%.
 Sel darah putih: <>70% maksimal).
Latihan jasmani dibagi menjadi 3-4 kali aktivitas per minggu.
Denyut jantung maksimal: 220/umur

PENANGANAN
A. Wanita
• Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendIr serviks puncak dan waktu yang tepat untuk coital
• Pemberian terapi obat, seperti;
a) Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh .
b) Terapi penggantian hormon
c) Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal
d) Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan penatalaksanaan infeksi dini yang adekuat
• GIFT ( gemete intrafallopian transfer )
• Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara luas
• Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate,
• Pengangkatan tumor atau fibroid
• Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi

B. Pria
 Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun, diharapkan kualitas sperma meningkat
 Agen antimikroba
 Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi kejantanan
 HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme
 FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis
 Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus
 Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik
 Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma
 Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat
 Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung spermatisida

Konsep Dasar Bayi Tabung
Salah satu metode untuk mengatasi ketidaksuburan atau infertilitas adalah dengan bayi tabung. Bayi tabung pertama kali berhasil dilakukan terhadap seorang bayi perempuan bernama Louise Joy Brown di Inggris pada tanggal 25 Juli 1978. Prosesnya dilakukan dengan mengambil sel telur dari ovarium ibu lalu disatukan dengan sperma ayah dalam sebuah medium cair di gelas laboratorium. Lalu sel telur dibuahi di laboratorium. Setelah sel telur dibuahi, sekitar dua setengah hari kemudian, sel telur telah terbagi menjadi delapan sel yang sangat kecil. Kemudian dimasukkan ke dalam uterus atau rahim ibu untuk berkembang secara normal menjadi bayi. Sejak saat itu, berbagai terapi dan teknologi dikembangkan untuk mengatasi masalah kesuburan baik pada pria maupun wanita.
Proses bayi tabung dilakukan dengan proses yang dikenal sebagai in vitro fertilization (IVF) atau pembuahan in vitro. IVF menjadi momentum untuk pengembangan perawatan dan terapi berikutnya untuk teknologi pembantu reproduksi atau assisted reproductive technology (ART). ART mencakup berbagai perawatan untuk masalah kesuburan. Termasuk sel telur dari wanita lain lalu dibuahi untuk dikembangkan di rahim seorang wanita yang lain lagi. Tahun 1994 di Italia, seorang wanita tua berusia 62 tahun yang sudah tidak memiliki sel telur melahirkan seorang bayi yang berasal dari sel telur wanita lain yang dibuahi dengan sperma suaminya. Jadi banyak metode yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah kesuburan.
Berbagai Teknik Perawatan Masalah Ketidaksuburan atau Infertilitas. Ada beberapa jenis perawatan untuk masalah kesuburan baik untuk pria maupun wanita. Selain bayi tabung, perawatan-perawatan berikut juga telah melalui serangkaian proses penelitian dan angka keberhasilannya cukup memuaskan bagi pasangan yang memiliki masalah kesuburan.

Namun sebelum Anda menggunakan salah satu metode perawatan masalah kesuburan, sebaiknya Anda membuat riset mendalam terlebih dahulu dan berdiskusi baik kepada para ahli medis maupun kepada pemimpin agama. Beberapa kelompok agama menganggap beberapa jenis metode bayi tabung maupun inseminasi buatan termasuk melanggar hukum agama.
Hal ini khususnya jika pembuahan atau pengembangan bayi dilakukan bukan di rahim ibu yang memberikan sel telur ataupun bukan menggunakan sperma yang berasal dari suami sendiri. Dengan kata lain, bagi beberapa kelompok agama, jika melibatkan pihak ketiga baik sebagai donor maupun media pembuahan yang bukan suami atau istri sah, itu sudah dianggap melanggar hukum agama. Karena itu masalah memilih perawatan ini adalah keputusan pribadi setiap pasangan dan perlu didiskusikan secara mendalam.
Sebelum memutuskan memilih jenis teknik perawatan untuk masalah infertilitas atau ketidaksuburan, sebaiknya Anda bertanya secara lebih dalam kepada ahli medis yang menangani masalah Anda. Tanyakan apa saja kerugian dan keuntungan dari masing-masing teknik untuk Anda maupun pasangan. Serta tanyakan berbagai risiko yang bisa terjadi bagi Anda dan pasangan. Beberapa jenis teknik perawatan untuk masalah ketidaksuburan atau infertilitas yang memiliki tingkat keberhasilan cukup tinggi di antaranya yaitu:
a) Inseminasi Buatan
Inseminasi buatan atau artificial insemination (sering disingkat sebagaiAI) dilakukan dengan memasukkan cairan semen yang mengandung sperma dari pria ke dalam organ reproduksi wanita tanpa melalui hubungan seks atau bukan secara alami. Cairan semen yang mengandung sperma diambil dengan alat tertentu dari seorang suami kemudian disuntikkan ke dalam rahim isteri sehingga terjadi pembuahan dan kehamilan. Biasanya dokter akan menganjurkan inseminasi buatan sebagai langkah pertama sebelum menerapkan terapi atau perawatan jenis lainnya.

b) GIFT (Gamete Intrafallopian Transfer)
GIFT yang merupakan singkatan dari Gamete Intrafallopian Transfermerupakan teknik yang mulai diperkenalkan sejak tahun 1984. Tujuannya untuk menciptakan kehamilan. Prosesnya dilakukan dengan mengambil sel telur dari ovarium atau indung telur wanita lalu dipertemukan dengan sel sperma pria yang sudah dibersihkan. Dengan menggunakan alat yang bernama laparoscope, sel telur dan sperma yang sudah dipertemukan tersebut dimasukkan ke dalam tuba falopi atau tabung falopi wanita melalui irisan kecil di bagian perut melalui operasi laparoskopik. Sehingga diharapkan langsung terjadi pembuahan dan kehamilan.

c) IVF (In Vitro Fertilization)
IVF atau In Vitro Fertilization dikenal juga sebagai prosedur bayi tabung. Mula-mula sel telur wanita dan sel sperma dibuahi di media pembuahan di luar tubuh wanita. Lalu setelah terjadi pembuahan, hasilnya yang sudah berupa embrio dimasukkan ke dalam rahim melalui serviks.

d) ZIFT (Zygote Intrafallopian Transfer)
ZIFT atau Zygote Intrafallopian Transfer merupakan teknik pemindahanzigot atau sel telur yang telah dibuahi. Proses ini dilakukan dengan cara mengumpulkan sel telur dari indung telur seorang wanita lalu dibuahi di luar tubuhnya. Kemudian setelah sel telur dibuahi, dimasukkan kembali ke tuba falopi atau tabung falopi melalui pembedahan di bagian perut dengan operasi laparoskopik. Teknik ini merupakan kombinasi antara teknik IVF dan GIFT.

e) ICSI (Intracytoplasmic Sperm Injection)
ICSI atau Intracytoplasmic Sperm Injection dilakukan dengan memasukkan sebuah sel sperma langsung ke sel telur. Dengan teknik ini, sel sperma yang kurang aktif maupun tidak matang dapat digunakan untuk membuahi sel telur.

Fenomena Proses bayi tabung di jawa barat
Jum'at, 10 Februari 2006 11:11
Bayi tabung pertama di Jawa Barat lahir secara operasi 'cesar' sekitar pukul 09.07 WIB di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Jum'at dengan total biaya kelahiran sebesar Rp49 juta.
Kepala Operasi Dr Nanang W Astarto SPOG (K) mengatakan, bayi hasil pengembangan klinik aster ini merupakan anak dari pasangan dr. Ristio Budianto (43) dan Ny Yulie Setiawati (37) yang tinggal di Kabupetan Subang, Jawa Barat.
Menurut Dr Nanang, Yulie yang sudah menikah sejak enam tahun lalu belum dikaruniai momongan. Kerinduan akan kehadiran buat hati inilah yang mendorongnya untuk memilih proses bayi tabung.
Sebelumnya Yulie pernah melakukan beberapa terapi, bahkan pernah melakukan pemeriksaan kesuburan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) di Jakarta.
Ia mengungkapkan, Yulie merupakan pasien kedua bagi klinik aster untuk mengembangkan bayi tabung, namun karena suatu hal, maka pengembangan bayi tabung pertama gagal karena keguguran dengan usia baru dua bulan.
Untuk menangani bayi tabung pertama tersebut, RSHS menurunkan enam dokter ahli dan satu orang embriologis, Dr Harris Halianto.
Keenam orang dokter ahli itu merupakan dokter ahli fertilisasi lima orang dan spesialis andrologi satu orang, antara lain, Dr Duddy S Nataprawira SpOG (K), Dr Herman Wibisono SP And, Wiryawan Permadi SpOG (K), Dr Tono Djuwantono SpOG (K) dan Dr Nanang sendiri.
Dijelaskan, untuk dapat mengikuti program bayi tabung tersebut, pasangan harus menjalani serangkaian tes yang sudah ditentukan dan mereka juga harus menyiapkan dana sebesar Rp35 juta hingga Rp49 juta.
"Biaya tersebut akan digunakan untuk tahap embrio, seperti untuk IVF sekitar Rp11 juta, ICSI sekitar Rp12,5 juta, obat stimulasi sekitar Rp 18 juta hingga Rp20 juta dan pembekuan embrio sebesar Rp1,1 juta," katanya.
Menurut dia, program bayi tabung tersebut sebenarnya memiliki proses yang sama dengan kehamilan biasa. Yang membedakannya adalah terjadi pertemuan antara sel sperma dan sel telur tersebut tidak dilakukan di dalam rahim, melainkan di dalam tabung.
"Jadi, tidak terlalu keliru, jika bayi tabung diartikan sebagai bayi yang `dibuat` di dalam tabung karena memang prosesnya di dalam tabung hingga terjadi pertumbuhan," ujarnya.
Sel yang sudah dibuahi selama dua hingga tiga hari dimasukan ke dalam rahim dengan menggunakan alat yang bernama Catheter melalui vagina dan proses selanjutnya sama dengan proses kehamilan biasa.
Menurut dia, keberhasilan proses itu bisa mencapai 70 persen, namun tergantung pada sel telur dan sperma. Kondisi pasangan dan keberhasilannya sangat ditentukan dengan apakah mereka mengikuti prosedur yang telah ditetapkan atau tidak.
Sementara Anggota Tim Ahli, Dr Tono Djuwantono, mengatakan proses cesar atau penyayatan hingga kelahiran hanya membutuhkan waktu sekitar lima menit saja, yakni dari mulai operasi pukul 09.02 WIB hingga pukul 09.07 WIB.
Menurut dia, pada saat pengoperasian berlangsung tidak ada hambatan dan kendala sama sekali. Alhamdulillah semuanya berjalan dengan lancar," ujarnya dengan lega.
Tono mengatakan, bayi tabung yang baru lahir dari satu pasangan itu berjenis kelamin laki-laki dengan berat badan 3 kg dengan panjang badan sekitar 46 cm.
Sementara pasangan suamu istri, dr Ristio Budianto dan Ny Yulie Setiawati merasa bersyukur dengan kelahiran anak pertamanya, meskipun dilakukan melalui proses tabung.
Yulie mengaku sangat mendambakan sekali memiliki seorang anak karena sejak menikah pada tahun 1999 belum dikarunia seorang anak. "Saya sangat bersyukur sekali dengan kelahiran anak pertama saya dan rencananya ingin memiliki satu orang anak lagi," katanya



BAB III
KESIMPULAN
Infertilitas, ketidakmampuan bagi pasangan untuk mendapatkan kehamilan / anak setelah melakukan hubungan seks intercourse secara rutin, tanpa memakai alat kontrasepsi setelah waktu 1 (satu) tahun.
Bisa terjadi primer ( belum pernah mendapatkan kehamilan / lahirnya anak), sekunder (sudah pernah mengalami).
Setelah 1 tahun perkawinan sebaiknya mengkonsultasikan ke ahlinya untuk mengetahui status kesuburan. Penanganannya secara terpadu. Hasil kondisi kelainan dari pasangan tersebut akan di cross-match untuk di cari solusinya.
Bagi pasangan yang mempunyai resiko infertil / ada riwayat penyakit pada sistem reproduksi semasa kecil, ada riwayat keluarga kurang subur, adanya kelainan genetik, sebaiknya tidak menunggu setelah 1 tahun perkawinan.Pemeriksaan dini lebih bagus Penundaan berarti usia pasangan wanitanya terus bertambah dan akan menambah resiko terhadap kehamilannya.
Hampir 15 % pasangan, gagal untuk mendapatkan keturunan. Kontribusi pria terhadap ketidakhadiran anak adalah 20 % sedangkan 30 - 40 % akibat dari kedua pasangan.
Dalam penanganan kasus infertilitas untuk mendapatkan keturunan memerlukan kesabaran dari segi waktu dan melibatkan pemeriksaan pasangan pria - wanitanya. jika memungkinkan dapat dilakukan tindakan operatif seperti:
 Inseminasi.
 Bayi tabung / IVF (jika kondisi kwalitas sperma sangat minimal sekali/ektrem)
 Adopsi anak.

Related : Infertilitas dan Proses Bayi Tabung

0 Komentar untuk "Infertilitas dan Proses Bayi Tabung"